Filosofi Kathok Cingkrang



Image: Pinterest

“Kebodohan kita tidak terbatas”, kata Enstein.
Coba renungkan, dik. Kenapa Nabi menyuruh umatnya mencingkrangkan kathok/ gamis. Atau kenapa misalnya, Nabi menyuruh untuk memperlihatkan mata hati, eh kaki saat seorang berpakaian. Apa sebenarnya yang Kanjeng Nabi ingin sampaikan. Ada dua poin yg saya pahami dari pesan Nabi tersebut, dik. Yang pertama itu tentang sombong, yang kedua ihwal hidup secara minimalis. Ada apa dengan kedua kata tersebut, begini penjelasannya. Coba disimak baik-baik.
Pertama, melarang isbal artinya melarang umatnya untuk bersikap sombong. Konon, golongan arab burjois pada jaman itu suka mengenakan pakaian yg menjelentreh kemana mana. Pakaian yang menjelentrehh ini menjadi simbol kesombongan, seperti pakaian para Raja-raja. Tentu saja mereka bukan sedang fashion show, ya. Tapi sedang arrogance show, begitulah kira-kira. Sikap ini berbanding terbalik dengan cara berpakaian orang-orang misqueen jaman kanjeng Nabi. Yaa jelas.. orang kaya gitu kan ya, mereka mahh bebassss. Nah, “oknum” yg terkenal dengan sikap sombongnya ini misal Si abu jahal. Konon pada jaman hidupnya, si doi adalah orang yg sangat sombong. Oleh karena itu nabi berpesan: “Kain yang berada di bawah mata kaki itu berada di neraka.” (HR. Bukhari no. 5787). Kenapa? Jawabannya ada pada hadis lainnya yaitu, ”Sesungguhnya orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong, Allah tidak akan melihatnya pada hari kiamat.” (HR. Muslim no. 5576)
Poin ke dua, dan yang terakhir. Pesan nabi juga dimaksudkan untuk hidup secara minimalis. Bahasa gampangnya, "sederhana". Nah loe.. ditengah serangan konsumeris besar2an ini, limabelas abad yang lalu Nabi pernah berpesan untuk berpakaian secara minimalis-sederhana, jangan berlebihan. Sangking minimalisnya, Nabi pernah tidak keluar rumah karena tidak ada pakaian yang bisa dikenakan setelah memberikan pakaian terakhirnya kepada seorang anak kecil yang mendatangi Nabi ke rumahnya untuk meminta sedekah.
Tapi perlu dicatat. Sikap minimalisnya nabi bukan hanya dalam berpakaian, melainkan dalam keseluruhan aspek hidupnya. Minimalis yang kaffah. Tidur di atas tikar. Bukan di atas spring bad dan badcover. Kalau makan, jangan lagi ditanya. Kita sering dikisahkan nabi kadang sehari makan sehari tidak. Beliau tinggal dalam sebuah rumah yang sangat sederhana dengan luas skitar 5x3 m. Kalau ini, boleh saja disamakan dengan kos-kosan anak kuliahan yang memang uangnya serba pas-pasan.
Apakah nabi miskin? Tidak juga. Nabi kaya, buktinya melamar khatijah dengan dg 100 unta. 100 unta itu kira kira 1 miliaran, dik.  Sekali lagi, Nabi kaya tapi mengajarkan umatnya untuk hidup minimalis. Dan yang lebih keren adalah Nabi hidup minimalis sebab pilihan, bukan karena keadaan. Apalagi keterpaksaan. Bukan karena Yo piye neh, memang dalan urioku koyo ngene ogh. Hah. Bukan. Sama sekali. Hebat, ya? Tidak heran Kanjeng Nabi hampir selalu menjadi tokoh yang berpengaruh nomor satu di dunia. Kenapa? Karena Nabi mampu memberikan teladan. Sebaik-baik teladan memang bukan bualan perkataan, Dik.

Comments