Lengkung Aksara

Search This Blog

Seribu Hari

on May 19, 2021

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Lembaran tua sudah terlalu lama berjibaku
Merangkak dari baris ke baris
Mencari apa?
Ingin menemukan siapa?

Sedari lama..
Percakapan tak lagi mengeluarkan kata kata

Lampung, 19 Mei 2021

Puisi

Get link
Facebook
Twitter
Pinterest
Email
Other Apps

Comments

101 Hari Perjalanan

Saat itu pukul 11. Lima menit menjelang kepulanganmu. Kita berdiri di antara hilir mudiknya manusia. Kesempatan itu, entah akan menjadi yang pertama, atau seperti kekhawatiranku, itu adalah saat terakhir dari percakapan kita. Tapi cahaya matamu menegaskan harapan, matamu berbicara seolah kisah kita masih panjang. Di suatu hari pada penghujung Agustus, katamu. ----- Jarak 101 hari perjalanan ternyata tidak mudah bagiku, tapi rasanya aku terus tumbuh. Aku tumbuh kian tinggi membumbung langit. Layaknya bunga anyelir yang kutanam di beranda. Ia terus tumbuh bersemi. Bahagia. Meski sesekali cuaca ekstrem menggugurkan daun-daunku. Suhu 36,4° membuat kering tanahku. Tapi di suatu hari saat hujan turun, akar-akarku menguat, ia menumbuhkan kembali dedaunan kecilku dan membuat mekar bunga-bunganya. Lagi-lagi aku tumbuh.. Aku merekah..Di suatu hari saat hujan turun.. ------ Ternyata kamu benar, kekhawatiran kadang dibutuhkan, tapi kita tidak bisa terus bergantung diri kepadanya. Di suatu har

Imaji

Orang-orang bertanya. Tentang laki-laki yang menetap dalam sajak putih itu. Tak tahu, mereka. Sosok itu tidak pernah hidup. Laki-laki dalam sajak itu tidak pernah benar-benar ada. Laki-laki dalam sajak putih itu. "Imaji, saja . ", Jawabku. Jogja, 1/9/22

(Tak) Tandas

Image: Pinterest Aku jatuh cinta pada caramu melipat lengan kemeja putihmu. Pada gaya rambut yang selalu terlihat cocok dengan rasio wajahmu. Sneakers hitam yang kau pakai. Suaramu yang berat. Gaya bicaramu yang teratur dan selalu hati-hati. Serta pada caramu menyapa penduduk sepanjang perjalanan di desa Giripurwo pada waktu lalu. Aku mencintai hari-hari saat kulihat langit berdiri tegak di atas kepalamu. Saat kulihat matahari sedang terik-teriknya dan bayangmu jatuh di bawahnya. Entah sudah berapa kali aku berteriak sekuat-kuatnya. Sedalam-dalamnya. Pada banyak lukisan yang mengisahkan personamu. Pada puisi-puisi yang bersajak tentangmu. Pada halaman-halaman buku. Aku.. Aku.....

Powered by Blogger

Faa

Seribu Hari

Comments

Post a Comment